“Sinergitas Dosen dan Guru dalam Mengembangkan Pendidikan di Kabupaten Bireuen”
News.ppsmm.uniki.ac.id. (Bireuen, 31 Okt 2025)

Bireuen, yang dikenal sebagai salah satu lumbung pendidikan di Aceh, kini menghadapi tantangan global yang menuntut kualitas sumber daya manusia yang adaptif dan cakap. Peningkatan kualitas pendidikan di daerah ini tidak lagi dapat diemban oleh satu pihak saja. Ia membutuhkan sebuah ekosistem kolaboratif yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, sebuah konsep yang dikenal sebagai sinergitas pendidikan.
Menciptakan sinergi antara perguruan tinggi (dosen) dan sekolah menengah/dasar (guru) adalah langkah fundamental untuk menjadikan kualitas pendidikan Bireuen meningkat signifikan dan menjadi percontohan.
Mengapa Sinergitas Dosen dan Guru Begitu Mendesak?
Sinergitas ini mendesak karena adanya kesenjangan antara teori akademik di kampus dan praktik di lapangan. Dosen memiliki keunggulan dalam riset, inovasi pembelajaran terkini, dan penguasaan teori-teori pedagogi modern. Sementara itu, guru adalah pelaksana utama di garis depan, yang memahami secara mendalam dinamika kelas, karakter peserta didik, dan tantangan implementasi kurikulum sehari-hari
Ketika kedua pihak ini berkolaborasi, terjadi transfer pengetahuan dua arah yang sangat berharga. Dosen dapat menguji dan mengkontekstualisasikan temuan riset mereka dengan kondisi riil di sekolah, sementara guru memperoleh pembaruan metodologi dan substansi ilmu yang akan memperkaya proses pembelajaran mereka.
Menurut pakar pendidikan, peran perguruan tinggi sejatinya adalah sebagai agen pembangunan (agent of development) yang bertugas menyiapkan SDM berkualitas. Oleh karena itu, kolaborasi dengan sekolah adalah wujud nyata dari tanggung jawab ini untuk memastikan lulusan yang dihasilkan memiliki keterampilan dan profesionalitas yang sesuai dengan kebutuhan zaman, bukan hanya untuk masa lalu.
Kolaborasi ini juga membuka peluang bagi guru untuk melanjutkan studi dan bagi dosen untuk mendapatkan data lapangan yang valid untuk penelitian mereka, membentuk sebuah siklus perbaikan berkelanjutan
Kolaborasi Konkret: Dari Teori ke Praktik
Sinergitas ini perlu diwujudkan dalam program-program konkret, tidak hanya sebatas penandatanganan MoU seremonial. Contoh konkret dari kolaborasi yang efektif adalah:
Pengembangan Kurikulum Kontekstual: Dosen dan guru bersama-sama mereviu dan menyusun modul pembelajaran yang tidak hanya sesuai standar nasional, tetapi juga relevan dengan potensi dan kearifan lokal Bireuen. Misalnya, integrasi nilai-nilai keislaman dan budaya lokal Aceh dalam mata pelajaran umum.
Pelatihan dan Pendampingan Berbasis Riset (Model Lesson Study): Dosen melakukan pelatihan berkala bagi guru tentang metode pembelajaran inovatif (seperti Problem-Based Learning atau digitalisasi kelas) yang didasarkan pada hasil riset terbaru. Guru kemudian menjadi laboratorium hidup bagi implementasi metode tersebut di kelas, dengan dosen berperan sebagai pendamping dan evaluator. Model seperti Kolaborasi Dosen-Sekolah (KDS) atau Lesson Study terbukti efektif dalam meningkatkan kompetensi pedagogik dosen dan guru serta menciptakan pembelajaran yang inovatif dan aktif.
Proyek Bersama dan Pengabdian Masyarakat: Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) atau Pengabdian kepada Masyarakat (PkM), mahasiswa dan dosen dapat membantu sekolah dalam pengembangan sarana prasarana digital, literasi, atau bahkan bimbingan karir yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja pasca
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pun pernah menekankan bahwa di era yang didorong oleh kemajuan teknologi seperti AI, peran dosen bergeser menjadi mentor atau fasilitator, karena akses terhadap ilmu sudah terbuka luas. Hal ini berlaku juga bagi guru. Sinergitas memastikan guru mampu menerapkan pola ajar yang partisipatif alih-alih pola banking system (model menabung ilmu), sehingga siswa dapat berpikir kritis dan bertanggung jawab atas pendidikannya.
Lulusan sekolah di Bireuen diharapkan tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki karakter kuat (akhlak) dan keterampilan lunak (soft skills) yang memadai, selaras dengan visi Bireuen sebagai Kota Santri yang maju.
Jalan Menuju Percontohan
Untuk menjadikan Bireuen percontohan pendidikan, sinergitas ini harus didukung penuh oleh pemerintah daerah melalui kebijakan yang suportif dan alokasi anggaran yang memadai. Kolaborasi ini juga harus melibatkan industri/dunia kerja dan masyarakat sebagai penyedia umpan balik dan mitra penyerapan lulusan.
Bireuen memiliki potensi besar dengan adanya berbagai perguruan tinggi dan lembaga pendidikan Islam yang kuat. Dengan mengaktifkan sinergi yang nyata dan berkelanjutan antara dosen dan guru, ekosistem pendidikan di Bireuen akan menjadi lebih terintegrasi, responsif, dan mampu melahirkan generasi emas yang kompeten, berakhlak, dan siap menjadi motor pembangunan daerah. Sinergitas adalah jalan, dan kualitas unggul adalah tujuannya.#
